Contoh teks khutbah Jumat dengan tema akhir bulan Syaban dan menyambut Ramadhan 1445 Hijriah. Naskah khutbah Jumat dalam artikel ini berkaitan dengan menyambut datangnya Bulan Ramadhan 1445 Hijriah di akhir bulan Syaban 2024. Dalam khutbah Jumat singkat tentang perlunya mempersiapkan diri menyambut datangnya Bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah.

Khotib dapat menyampaikan tentang berbagai bimbingan bagi jamaah atau keluarga, agar dapat mengisi bulan yang penuh berkah itu dengan amal ibadah yang diridhai oleh Allah SWT. Adapun contoh teks khutbah Jumat ini dapat dibacakan ketika khutbah salat Jumat pada hari Jumat, 1 Maret 2024. Simak contoh khutbah jumat berikut ini, melansir dari laman UIN Sunan Gunung Djati .

Alhamdulillah.. Puji syukur marilah kita persembahkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan kasih sayang Nya yang tidak terhingga kepada kita. Bersyukur kita kepada Allah yang selalu memberikan nikmatnya kepada kita, serta mari senantiasa keseharian kita untuk selalu bersalawat kepada Rasullah SAW. Rasul yang selalu mencintai umatnya, kecintaan kepada umat tidak hanya ketika beliau hidup tapi sampai hari kiamat. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW berserta keluarga, para sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir zaman. Aamiin. Dalam situasi ini, tinggal menhitung jam lagi kita menghadapi awal bulan Ramadhan. “Selamat Tinggal bulan Sya’ban” dan “Selamat datang Bulan Ramadhan”. Contoh Teks Khutbah Jumat Akhir Bulan Syaban 2024 dan Menyambut Ramadhan 1445 H

Contoh Teks Khutbah Jumat dengan Tema Menyambut Bulan Ramadhan 2024 Contoh Teks Khutbah Jumat Tema Persiapan Menyambut Bulan Suci Ramadhan 2024 CONTOH Materi Khutbah Jumat Terakhir Syaban 1445 Hijriah Momen Menantikan Bulan Suci Ramadhan 2024

Teks Khutbah Jumat Bulan Ramadhan 1445 H: Keutamaan Puasa Ramadhan sebagai Penghapus Dosa Teks Khutbah Jumat Akhir Bulan Syaban Sambut Ramadan 1445 Hijriah, Lengkap dengan Doa dan Terjemahan CONTOH Materi Khutbah Jumat Pamungkas Bulan Syaban 1445 Hijriah, Lengkap Khutbah Kedua

Teks Khutbah Jumat Bulan Suci Ramadhan 1445 H: Keutamaan Berpuasa di Bulan Penuh Berkah Untuk menyambut Ramadhan, bulan yang dipenuhi dengan rahmat dan karunia Allah, kita harus mengadakan persiapan persiapan yang dianggap perlu dan bermanfaat, terutama dalam meningkatkan takwa kepada Allah ﷻ. Pertanyaannya apakakah Kita sudah melakukannya?. Kegiatan Persiapan kepentingan kelompok atau kepemtingan yang sifatnya umum itu antara lain: Secara berkelompok; Hendaknya kita mengadakan atau memprakarsai kegiatan ceramah di akhir bulan Sya’ban untuk menyambut bulan Ramadhan. Ceramah itu bisa dilakukan di majelis ta’lim dan tempat tempat pengajian, atau pengarahan pengarahan singkat untuk keluarga kita masing masing. Dalam ceramah itu dijelaskan berbagai bimbingan bagi jamaah atau keluarga kita, agar dapat mengisi bulan yang penuh berkah itu dengan amal ibadah yang diridhai oleh Allah ﷻ.

Jangan sampai terjadi, bulan yang teramat agung itu berlalu begitu saja, tanpa meninggalkan kesan yang mendalam yang dapat meningkatkan ibadah dan amal shaleh kita kepada Allah ﷻ. Ceramah pengarahan menyambut bulan Ramadhan ini dilakukan Nabi di depan para sahabatnya, dengan menyampaikan ceramah singkat mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan tuntunan Ramadhan. Agar kita semua dapat mengambil manfaat dari pengarahan Rasul ﷺ tersebut, berikut ini dicantumkan ceramah beliau dengan lengkap: “Wahai manusia, sesungguhnya telah menaungi kamu bulan yang agung dan penuh berkah. Bulan yang di dalamnya terdapat suatu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Pada bulan itu, Allah menjadikan puasanya sebagai suatu kewajiban dan qiyam atau shalat di malam harinya sebagai ibadah sunnah. Siapa yang mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebajikan, maka nilainya sama dengan mengerjakan kewajiban di bulan lain. Siapa yang mengerjakan suatu kewajiban dalam bulan Ramadhan tersebut, maka sama dengan menjalankan tujuh puluh kewajiban di bulan lain. Ramadhan itu adalah bulan kesabaran; sedangkan ketabahan dan kesabaran, balasannya adalah surga. Ramadhan adalah bulan pertolongan, pada bulan itu rizki orang orang mukmin ditambah. Siapa yang memberikan makanan untuk berbuka bagi orang yang berpuasa di bulan itu, maka ia akan diampuni dosanya, dibebaskan dari api neraka. Orang itu memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa tersebut. Sedangkan pahala puasa bagi orang yang melakukannya, tidak berkurang sedikitpun. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, kami tidak semua memiliki makanan untuk berbuka bagi orang lain”.

Bersabda Rasulullah ﷺ: “Allah memberikan pahala kepada orang yang memberikan sebutir kurma, atau seteguk air, atau seteguk susu”. Dialah Ramadhan, bulan yang permulaannya dipenuhi dengan rahmat, periode pertengahannya dipenuhi dengan ampunan dan maghfirah, pada periode terakhirnya merupakan pembebasan manusia dari azab neraka. Barang siapa yang meringankan beban pekerjaan pembantu pembantu rumah tangganya, niscaya Allah akan mengampuni dosa dosanya dan membebaskannya dari api neraka. Oleh karena itu dalam bulan Ramadhan ini, hendaklah kamu sekalian dapat meraih empat bagian. Dua bagian pertama untuk memperoleh ridha Tuhanmu dan dua bagian lain adalah sesuatu yang kamu dambakan. Dua bagian yang pertama ialah bersaksi dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan hendaklah memohon ampunan kepada Nya. Dua bagian yang kedua yaitu kamu memohon (dimasukkan ke dalam) surga dan berlindung dari api neraka. Siapa yang memberi minuman kepada orang yang berpuasa, niscaya Allah memberi minum kepadanya dari telagaku, suatu minuman yang seseorang tidak akan merasa haus dan dahaga lagi sesudahnya, sehingga ia masuk ke dalam surga”. (Hadits Dhaif, Riwayat Ibnu Khuzaimah: 1780, al Baihaqi dalam Syu’ab al Iman: 3455. redaksi hadits di atas riwayat Ibn Khuzaimah). Meskipun sebagian ahli menyebut hadits ini berstatus dhaif, karena berkaitan dengan fadhailul a’mal (keutamaan amal), maka masih bisa ditoleransi. Beberapa keterangan yang disebutkan hadits ini, banyak persamaan yang disebutkan hadits yang lebih sahih. Imam Ahmad bin Hambal menyampaikan pernyataan mengenai hadits dhaif, beliau berpandangan: “Hadits yang dhaif lebih aku cintai dari al Ra’yu (pendapat akal seseorang)”. Dalam kalimat yang lain, beliau berpendapat:

“Beramal dengan hadits yang dhaif lebih utama dari menggunakan qiyas (analogi)”. Persiapan yang kedua adalah dengan memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban, yaitu bagi mereka yang sebelum datangnya bulan itu telah membiasakan puasa sunnah. Namun demikian satu atau dua hari menjelang masuknya bulan Ramadhan dilarang melakukan puasa sunnah, kecuali bagi mereka yang sudah membiasakannya. "Dari Aisyah r.a. ia menuturkan, “Rasulullah ﷺ biasa mengerjakan puasa, sehingga kami berpendapat bahwa beliau tidak pernah tidak berpuasa, dan beliau biasa tidak berpuasa, sehingga kami berpendapat bahwa beliau tidak pernah berpuasa. Akan tetapi aku tidak pernah melihat Rasulullah ﷺ berpuasa sebulan penuh, kecuali pada bulan Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa daripada puasa di bulan Sya’ban”. (Hadits Shahih, riwayat Bukhari: 1833 dan Muslim: 1956. teks hadits riwayat al Bukhari).

Mengenai larangan puasa sunnah satu atau dua hari menjelang masuk Ramadhan, kecuali bagi mereka yang telah membiasakannya, disebutkan dalam hadits Nabi “Jangan kamu dahului Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari, kecuali bagi seseorang yang mempuasakan puasa tertentu, maka ia boleh meneruskan puasanya”. (Hadits Shahih, riwayat Bukhari: 1781 dan Muslim: 1812. teks hadits riwayat al Bukhari). Persiapan selanjutnya adalah menyambut bulan Ramadhan dengan “tahni’ah”, yaitu menggembirakan umat Islam dengan kedatangan bulan itu yang penuh rahmat. Rasulullah bertahni’ah menyambut bulan Ramadhan dengan sabdanya:

“Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan padamu berpuasa di bulan itu. Dalam bulan itu dibukalah pintu pintu langit, dan ditutuplah pintu pintu neraka, dan syaitan syaitan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang tidak memperoleh kebajikan di malam itu, maka ia tidak memperoleh kebajikan apapun.” (Hadits Shahih, Riwayat al Nasa`i: 2079 dan Ahmad: 8631. dengan redaksi hadits dari al Nasa’i). Ibadah puasa Ramadhan merupakan amal yang istimewa, karena ibadah yang lain adalah untuk dirinya sendiri, sedangkan ibadah puasa adalah milik Allah ﷻ. Dalam melaksanakan puasa diharapkan tidak hanya dapat meninggalkan makan, minum dan segala yang membatalkannya, akan tetapi harus dapat menjaga diri dari segala perbuatan yang tercela. Puasa itu diharapkan dapat membentuk sikap mental kita, menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah dan beribadah dengan penuh keikhlasan. Dalam berpuasa, manusia muslim dibentuk agar dapat meningkatkan kesabaran, ketabahan, peningkatan daya tahan mental dan fisik.

Rasa haus dan lapar dikala berpuasa, dapat meningkatkan solidaritas sosial terhadap orang orang miskin yang ditimpa kesulitan, dan anak anak yatim yang terlunta lunta. Mengenai keutamaan ibadah puasa dan keharusan bersikap sabar, disebutkan dalam hadits Qudsi: Allah Azza wa Jalla berfirman: “Setiap amal seorang manusia adalah untuk dirinya sendiri kecuali puasa. Puasa itu untuk Ku dan Aku akan memberikan balasan kepadanya. Puasa itu adalah perisai, karena itu apabila salah seorang di antaramu berpuasa, janganlah mengucapkan perkataan yang buruk dan keji, jangan membangkitkan syahwat dan jangan pula mendatangkan kekacauan. Apabila ia dimaki atau ditantang seseorang, maka katakanlah: Aku sedang berpuasa,..” (Hadits Shahih, riwayat al Bukhari: 1771). Tidak Kalah Pentingnya lagi. Selain dari tiga persiapan di atas, jugaga persiapan Individu; dalam sebuah hadis disebut Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan penuh keberkahan.

“Allah telah mewajibkan kepada kalian berpuasa didalamnya, di bulan itu pintu pintu langit akan dibuka dan pintu pintu neraka akan ditutup, di bulan itu setan setan akan diikat, di bulan itu ada malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barangsiapa terhalang mendapatkan kebaikannya maka sungguh ia telah terhalang.” (HR An Nasai). Maka karena itu, agar Ramadhan tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya, tentu ada persiapan matang yang mesti kita lakukan secara individu, diantaranya: Pertama; Persiapan fisik dan mental. Seperti senantiasa menjaga kesehatan dan serta memulaikan diri dengan berpuasa sunnah. Tujuannya adalah agar kita tidak canggung ketikan ramadhan datan.

Kedua; Persiapan ilmu pengetahuan kita, terutama ilmu agama dan khususnya adalah ilmu yang berkaitan dengan puasa Karena didalamnya ada rambu rambu yang mesti dijalanni. Jika rambu rambu ini tidak dijalani maka puasa tersebut bakal batal, jangankan pahala yang didapat malahan dosa yang didapat. Diantara rambu rambu yang mesti kita ketahui setidaknya: Rukun Puasa diantaranya: (1) Niat berpuasa; (2) Imsak yaitu menahan diri dari perbuatan yang membatalkan ibadah puasa Yang membatalkan puasa: Ketiga; Menjalin silaturahmi. Alangkah nikmatnya ketika Ramadan datang kita hidup saling berdampingan dan penuh rasa cinta dan persaudaraan dengan sesame kita. Jika selama ini ada diantara kita saling gesek, bertengkar dan sebagainya, mari kita saling maaf memafkan.

Itulah kiranya beberapa persiapan yang mesti kita siapkan memjelang datangnya ramadhan agar Ramadhan ditahun ini lebih baik dari tahun kemarin. Dan masih banyak lagi yang lain sesuai dengan kondisi dan kemampuan seseorang atau sekelompok orang yang bertanggung jawab atas berjalannya suatu aktifitas kaum muslimin di masjid. Artikel ini merupakan bagian dari KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *