Dalam beberapa tahun ini prevalensi obesitas di Indonesia cenderung tinggi yaitu di angka 21,8 persen. Kondisi ini menjadi perhatian khusus pemerintah hingga akhirnya mengeluarkan GENTAS (Gerakan Nusantara Tekan Angka Obesitas). Harapannya ditahun 2030 dapat memberikan kontribusi dalam menekan laju angka obesitas. Obesitas tidak hanya menjadi tantangan di Indonesia tetapi juga diberbagai belahan dunia.
Ada beragam pilihan program untuk penanganan obesitas seperti operasi pemotongan lambung atau Bariatrik yang pernah dilakukan penyanyi kondang Melly Goeslow, hingga yang terbaru adalah prosedur Gastric Ballon atau balon lambung. Lalu bagaimana cara kerja dan manfaatnya? Dikutip dari Johns Hopkins Medicine, prosedur ini dapat membantu menurunkan berat badan tanpa pembedahan yang mampu mengurangi volum perut.
Prosedur ini menggunakan balon yang lembut, dan halus. Tujuannya membuat Anda merasa lebih kenyang dengan meski makan lebih sedikit. Caranya, balon dimasukkan melalui mulut ke perut oleh dokter dalam bentuk kapsul yang tersambung selang khusus. Ketika sudah mencapai lambung, kapsul akan diisi dengan cairan saline sehingga bentuknya berubah menjadi balon. Siapa saja yang bisa melakukan pemasangan balon tersebut?
Umumnya program tersebut hanya bisa dilakukan oleh pasien obesitas yang telah memiliki riwayat medis yang jelas dan pastinya telah dievaluasi oleh dokter: Seperti indeks massa tubuh berada antara 30 hingga 40, indeks massa tubuh di atas 35 yang disertai diabetes tipe 2 atau tekanan darah tinggi. Kemudian, perlu menurunkan berat badan sebelum operasi penurunan berat badan, maupun belum pernah menjalani operasi perut atau kerongkongan sebelumnya.
Fokus pada kualitas hidup lebih sehat Di Indonesia sendiri program ini sudah ada. Dokter spesialis bedah Dr.dr.Peter Ian Limas,Sp.B KBD menuturkan, Gastric Balloon memberikan keleluasaan bagi pasien untuk memilih terapi yang diinginkan.
Bagi pasien pasien yang tidak menginginkan melakukan tindakan operasi dan pembiusan serta menginginkan penurunan berat badan yang cepat. Adapun gastric ballon di tanah air diperkenalkan oleh PT Regenesis Indonesia di pertengahan tahun lalu telah mendatangkan Program Allurion. Founder dari Digesti health Bariatric Clinic ini, menuturkan, penggunaan Allurion diklaim aman, namun sifatnya temporer ballon hanya bertahan dilambung selama 4 bulan.
Dalam 4 bulan akan keluar secara natural melalui feses. Caranya cukup singkat apalagi untuk pasien dengan mobilitas yang tinggi. "Ballon didalam lambung ini adalah sebagai salah alat bantu untuk membantu pasien dalam merubah pola pikirnya dan pola hidupnya untuk menjadi lebih sehat," kata dia tepat di Peringatan Hari Obesitas Dunia, Kamis (7/3/2024) di Jakarta. Ia menekankan, tanda penanganan obesitas dikatakan berhasil tak hanya soal berat badan. Tetapi satu kesatuan dengan adanya pengaturan makanan sehat dan olahraga serta juga support secara psikis dari support system pasien.
Dengan adanya balon, memaksa diri untuk mengelola mindset makan secukupnya jika ingin mendapatkan hasil yang maksimal selama program. Obesitas dapat memberikan dampak komplikasi yang sangat tinggi seperti gangguan kardiovaskular, diabetes ataupun juga reumathoid Arthritis. President Direktur PT Regenesis Indonesia Ir Emmy Noviawati mengatakan, setelah 8 Bulan Program Allurion disambut hangat oleh masyarakat. Ditandai dengan > 100 pasien yang mengikuti program Allurion bersama dengan Dr.dr.Peter Ian Limas,Sp.B KBD yang dikenal sebagai ahli dalam penanganan Pembedahan Bariatriknya. Dipastikan, program tersebut hanya dapat diimplementasikan oleh dokter berkompeten yang telah mendapatkan training dan mendapatkan Sertifikat.
Artikel ini merupakan bagian dari KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.